“Kaya Tapi Miskin” (Sebuah Analisis Kritis Atas Persoalan Kemiskinan di Aru yang Berbanding Terbalik dengan Potensi Kekayaan Hasil Laut Aru)

Johan Pieter Elia Rumangun(1),


(1) Universitas Pattimura
Corresponding Author

Abstract


Abstrak

Wilayah-wilayah terpencil dan tergolong sebagai wilayah perbatasan seringkali menjadi wilayah yang rentan akan kemajuan sosial dan kurang terjamah oleh pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sulitnya akses pemerintah untuk menjangkau wilayah-wilayah yang tergolong sebagai wilayah perbatasan sehingga sentralisasi pembangunan nasional hanya terfokus pada wilayah perkotaan (wilayah urban). Sementara wilayah perbatasan atau wilayah terpencil kemudian terbaikan dan jauh dari perhatian pemerintah. Berbagai kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pun seringkali tidak menyentuh nasib masyarakat pada wilayah-wilayah perbatasan. Tidak heran bila kerapkali wilayah perbatasan dilabeli dengan label wilayah tertinggal. Ketertinggalan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan seperti minimnya pendidikan, rendahnya infrakstruktur, buruknya perekonomian masyarakat. Akibatnya tingkat kemiskinan di wilayah-wilayah perbatasan pun kerap mengalami peningkatan. Padahal sumber daya alam wilayah-wilayah pesisir amatlah kaya. Hanya saja, kebijakan-kebijakan pemerintah bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia seringkali tidak menjangkau kesejahteraan masyarakat di wilayah terpencil. Termasuk Aru. Dengan demikian, diskusi dalam tulisan ini akan berfokus pada analisa mengenai fenomena kemiskinan masyarakat pesisir pantai di Aru yang berbanding terbalik dengan kekayaan hasil laut Aru untuk kemudian melihat sejauh mana peran pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah kemiskinan di Aru.

Kata Kunci: Pembangunan Nasional, Sentralisasi

 

Abstract

Remote areas and classified as border areas are often areas that are vulnerable to social progress and less touched by national development. This is due to the difficulty of government access to reach areas classified as border areas so that the centralization of national development is only focused on urban areas (urban areas). Meanwhile, border areas or remote areas are then best and far from the attention of the government. Various policies carried out by the government often do not touch the fate of the people in the border areas. No wonder that often border areas are labeled with the label of underdeveloped areas. This lag is seen in various areas of life such as lack of education, low infrastructure, poor economy of the community. As a result, the poverty rate in border areas often increases. In fact, the natural resources of coastal areas are very rich. However, government policies for the welfare of all Indonesians often do not reach the welfare of people in remote areas. Including Aru. Thus, the discussion in this paper will focus on analyzing the phenomenon of poverty in coastal communities in Aru which is inversely proportional to the richness of Aru marine products to then see the extent of the role of local governments in tackling the problem of poverty in Aru.

Keywords: National Development, Centralization


Keywords


National Development, Centralization

References


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, “Penegakkan hukum dalam kaitannya dengan politik hukum di Indonesia”, Jurnal Hukum Jatiswara Vol 25 No. 3 Noveber 2010

Banawiratma, J.B, Berteologi Sosial Lintas Ilmu Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman Yogyakarta : Kanisius, 1993

http://akbarsuwardi.blogspot.com/2013/05/teori-kemiskinan-pendekatan-ekonomi.html, diakses tanggal 17 Juni 2019. Pkl 19.00

http://penginyonyan.blogspot.com/2009/02/kemiskinan-budaya.html, diakses pada tanggal 16 Juni 2019, Pkl 23:43

https://kkp.go.id/artikel/2883-pelabuhan-perikanan-dobo-kepulauan-aru-dijadikan-sentra-lumbung-ikan-nasional di akses pada tanggal 17 Juni 2019, PKl 19.00

https://www.dharapos.com/2015/07/termiskin-ke-3-di-maluku-bukti-buruknya.html?m=1 di akses pada tanggal 17 Juni 2019, Pkl 19.00

Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Aru Nomor 24 Tahun 2014 di akses pada tanggal 17 Juni 2019, Pkl 19.00.

Pomalingo, Samsi, Membumikan Dialog Liberatif, Yogyakarta : Deepublish, 2016

Singgih, E.G, Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal Milenium III, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.

Singgih, E.G, Menguak Isolasi, Menjalin Relasi: Teologi Kristen dan Tantangan Dunia Postmodern, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Sobrino, Jon “The Option for the Poor : Giving and Receiving – Humanizing Laut Masa Depan bangsa Kedaulatan, Keberlanjutan, Kesejahteraan Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia 2018

Wikipedia diakses pada tanggal 17 Juni 2019, Pkl 19.00 Data BPS Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku tahun 2018 di akses pada tanggal 17 Juni 2019, Pkl 19.00

Yewangoe, A.A, Theologia Crucis Di Asia, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004.


Full Text: PDF

Article Metrics

Abstract View : 213 times
PDF Download : 165 times

DOI: 10.57235/aurelia.v1i2.111

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Johan Pieter Elia Rumangun

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.